malem sobb…..
di
tengah malem nie admin punya cerita yang mungkin membuat sobat sadar hehe…
JADILAH PELITA
Pada suatu malam, seorang buta
berpamitan pulang dari rumah sahabatnya. Sang sahabat membekalinya dengan
sebuah lentera pelita.
Orang buta itu terbahak berkata: “Buat
apa saya bawa pelita? Kan sama saja buat saya! Saya bisa pulang kok.”
Dengan lembut sahabatnya menjawab, “Ini
agar orang lain bisa melihat kamu, biar mereka tidak menabrakmu.”
Akhirnya orang buta itu setuju untuk
membawa pelita tersebut. Tak berapa lama, dalam perjalanan, seorang pejalan
menabrak si buta.
Dalam kagetnya, ia mengomel, “Hei, kamu
kan punya mata! Beri jalan buat orang buta dong!”
Tanpa berbalas sapa, mereka pun saling
berlalu.
Lebih lanjut, seorang pejalan lainnya
menabrak si buta.
Kali ini si buta bertambah marah, “Apa
kamu buta? Tidak bisa lihat ya? Aku bawa pelita ini supaya kamu bisa lihat!”
Pejalan itu menukas, “Kamu yang buta!
Apa kamu tidak lihat, pelitamu sudah padam!”
Si buta tertegun..
Menyadari situasi itu, penabraknya
meminta maaf, “Oh, maaf, sayalah yang ‘buta’, saya tidak melihat bahwa Anda
adalah orang buta.”
Si buta tersipu menjawab, “Tidak
apa-apa, maafkan saya juga atas kata-kata kasar saya.”
Dengan tulus, si penabrak membantu
menyalakan kembali pelita yang dibawa si buta. Mereka pun melanjutkan
perjalanan masing-masing.
Dalam perjalanan selanjutnya, ada lagi
pejalan yang menabrak orang buta kita.
Kali ini, si buta lebih berhati-hati,
dia bertanya dengan santun, “Maaf, apakah pelita saya padam?”
Penabraknya menjawab, “Lho, saya justru
mau menanyakan hal yang sama.”
Senyap sejenak.
secara berbarengan mereka bertanya,
“Apakah Anda orang buta?”
Secara serempak pun mereka menjawab,
“Iya.,” sembari meledak dalam tawa.
Mereka pun berupaya saling membantu
menemukan kembali pelita mereka yang berjatuhan sehabis bertabrakan.
Pada waktu itu juga, seseorang lewat.
Dalam keremangan malam, nyaris saja ia menubruk kedua orang yang sedang
mencari-cari pelita tersebut. Ia pun berlalu, tanpa mengetahui bahwa mereka
adalah orang buta.
Timbul pikiran dalam benak orang ini,
“Rasanya saya perlu membawa pelita juga, jadi saya bisa melihat jalan dengan
lebih baik, orang lain juga bisa ikut melihat jalan mereka.”
Pelita melambangkan terang
kebijaksanaan. Membawa pelita berarti menjalankan kebijaksanaan dalam hidup.
Pelita, sama halnya dengan kebijaksanaan, melindungi kita dan pihak lain dari
berbagai aral rintangan (tabrakan!).
Si buta pertama mewakili mereka yang terselubungi
kegelapan batin, keangkuhan, kebebalan, ego, dan kemarahan. Selalu menunjuk ke
arah orang lain, tidak sadar bahwa lebih banyak jarinya yang menunjuk ke arah
dirinya sendiri. Dalam perjalanan “pulang”, ia belajar menjadi bijak melalui
peristiwa demi peristiwa yang dialaminya. Ia menjadi lebih rendah hati karena
menyadari kebutaannya dan dengan adanya belas kasih dari pihak lain. Ia juga
belajar menjadi pemaaf.
Penabrak pertama mewakili orang-orang
pada umumnya, yang kurang kesadaran, yang kurang peduli. Kadang, mereka memilih
untuk “membuta” walaupun mereka bisa melihat.
Penabrak kedua mewakili mereka yang
seolah bertentangan dengan kita, yang sebetulnya menunjukkan kekeliruan kita,
sengaja atau tidak sengaja. Mereka bisa menjadi guru-guru terbaik kita. Tak
seorang pun yang mau jadi buta, sudah selayaknya kita saling memaklumi dan
saling membantu.
Orang buta kedua mewakili mereka yang
sama-sama gelap batin dengan kita. Betapa sulitnya menyalakan pelita kalau kita
bahkan tidak bisa melihat pelitanya. Orang buta sulit menuntun orang buta
lainnya. Itulah pentingnya untuk terus belajar agar kita menjadi makin melek,
semakin bijaksana.
Orang terakhir yang lewat mewakili
mereka yang cukup sadar akan pentingnya memiliki pelita kebijaksanaan.
Sudahkah kita sulut pelita dalam diri
kita masing-masing? Jika sudah, apakah nyalanya masih terang, atau bahkan
nyaris padam? JADILAH PELITA, bagi diri kita sendiri dan sekitar kita.
Sebuah pepatah berusia 25 abad
mengatakan: Sejuta pelita dapat dinyalakan dari sebuah pelita, dan nyala pelita
pertama tidak akan meredup. Pelita kebijaksanaan pun, tak kan pernah habis
terbagi.
Bila mata tanpa penghalang, hasilnya adalah penglihatan. Jika telinga
tanpa penghalang, hasilnya adalah pendengaran. Hidung yang tanpa penghalang membuahkan
penciuman. Fikiran yang tanpa penghalang hasilnya adalah kebijaksanaan.
No comments:
Post a Comment